Senin, 21 November 2011

THE IMPACT OF INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY on ROAD FRIGHT TRANSPORTATION

BY : Ryuichi YOSHIMOTO & Toshinori NEMOTO
Published : IATSS RESEARCH Vol.29 No.1, 2005

Surveying the recent trend toward e-commerce and computerization in the trucking industry, this paper establishes a framework for analyzing the impact of information and communication technology on road freight transportation in terms of commerce, logistics and fleet management, and proposes hypothetical mechanisms of influence. The authors note that the rapid growth of e-commerce and freight fleet management systems make it difficult to arrive at firm, statistics-based conclusions about their impact on road freight transportation, but suggest that more sophisticated government management of transportation demand as well as freight fleet management systems could cancel out the negative impact of e-commerce on road transportation.
Key Words: EC (Electronic Commerce), EDI, Logistics, ITS (Intelligent Transportation Systems), FFMS (Freight Fleet Management Systems)

1. INTRODUCTION
E-commerce is growing as the cost of information and communication equipment, as well as communication fees, fall and the number of Internet users rises. Although e-commerce liberates sellers from the need to maintain a store, and buyers from the need to visit one, it requires the delivery of goods from seller to buyer. This has led some to argue that e-commerce will increase road freight transportation and lead to worse urban road congestion.          
At the same time, other research suggests that information and communication technology (ICT) will have a positive effect on traffic. For. . . . .  (read more )

PERANCANGAN CONCURRENT VERSION SYSTEM DI DIREKTORAT TATA LINGKUNGAN GEOLOGI DAN KAWASAN PERTAMBANGAN

Oleh : Supono
(Published : IMPROVE-Majalah Ilmiah Manajemen Informatika Vol. 3 No. 1 Tahun 2011)

The Concurrent Versions System (CVS), also known as the Concurrent Versioning System, is a client-server free software revision control system in the field of software development. Version control system software keeps track of all work and all changes in a set of files, and allows several developers (potentially widely separated in space and/or time) to collaborate.
Pada Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan terdapat beberapa bagian yang mengelola dokumentasi dan informasi. Dalam melakukan analisis dan implementasi sistem aplikasi, para analis dan programer di Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan memiliki masalah dalam penggabungan, pengambilan, perubahan dan penghapusan file pada sebuah komputer server. Di samping itu jika pada waktu bersamaan terjadi akses pada satu file di komputer server, maka salah satunya akan ditolak oleh server. Untuk penanggulangan masalah tersebut diperlukan suatu sistem yang mampu menangani manajemen file dan integrasinya, salah satunya adalah  Concurrent Versions System (CVS). . . . . .  (baca_selengkapnya )

Senin, 13 Juni 2011

Peranan Jasa Telekomunikasi (TELKOM GROUP) dalam Menunjang Kegiatan LOGISTIK BISNIS & SCM

Oleh : Kanaidi, SE., M.Si

Penyediaan jasa telekomunikasi di Indonesia saat ini sudah mengalami kemajuan yang pesat, khususnya jasa telekomunikasi yang disediakan oleh TELKOM GROUP (yang terdiri dari PT. TELKOM dan beberapa anak perusahaan apiliasinya, seperti TELKOMSEL, Infomedia, PRAMINDO. Finnet, INDO NUSA, dan Metra SIGMA yang menyediakan layanan jasanya dengan spesifikasi masing-masing).
Jasa telekomunikasi yang disediakan TELKOM GROUP tersebut memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Multi Service (Multi Technology)
2. Integratable (Nation Helpdesk 24/7)
3. Customized (National Supported, Competitive Price, dan Service Guaranteed)
4. Cakupan luas (National & International Affiliation)
5. ISO Insurance (TUV CERT : EN ISO 9001-2000)

Keunggulan jasa telekomunikasi yang disediakan oleh TELKOM GROUP tersebut dapat dimanfaatkan sebagai solusi bagi kemajuan Bisnis Kurir, Logistik dan SCM di Indonesia, khususnya Jawa Barat, yaitu sebagai :
A. Solusi Online Office
Dengan menggunakan jasa telekomunikasi TELKOM, Anggota ASPERINDO dapat meningkatkan komunikasi antar cabang, antara pelanggan dengan penyedia jasa kurir dan logistik, atau antar para pelaku bisnis secara online, yaitu dengan pemanfaatan fasilitas PVN Instan atau speedy yang berkecepatan tinggi (saat ini sudah sampai 3 Mbps downlink) dan Internet Hotspot.

B. Solusi Call/Contact Center
Dengan memanfaatkan jasa TELKOM, memungkinkan Anggota ASPERINDO untuk:
• Menyediakan cukup satu nomor yang perlu diingat oleh pelanggannya (TELKOMFree Call).
• Memasangkan identitas perusahaan di fasilitas komunikasi, yaitu melalui nomor-nomor khusus (TELKOM Unicall).
• Adanya split-charging guna membagi beban telepon antara pemanggil dengan perusahaan kurir/logistik (TELKOMSplit-charging). Pembagian biaya komunikasi dan koneksitas dimaksud ditetapkan TELKOM secara kompetitif dan dengan perhitungan yang cermat.
• Perusahaan serasa begitu dekat dengan pelanggan, dimana Petugas Contact Center lah (dengan keramahan dan kemahirannya di bidang bisnis kurir/logistik) yang akan melayani pertanyaan/claim pelanggan dan menghubungi kantor transit atau tujuan kiriman, serta menyampaikan solusinya kepada pelanggan bisnis kurir dan logistik.

C. Solusi Efficiency & Effective Communication
Dengan memanfaatkan jasa TELKOM, memungkinkan Anggota ASPERINDO untuk melakukan efisiensi komunikasi antar karyawan corporate yang terdaftar menggunakan Flexy Triple-C (Classy Corporate CUG) secara paket.

D. Solusi Application
Dengan memanfaatkan jasa TELKOM, memungkinkan Anggota ASPERINDO untuk melakukan : e-Portal, e-Payment, e-Logistic, e-Procerument, Auction, dan lain-lain.
Seperti; layanan paperless, online reservation, pengawasan/pelaporan agen, dll.

Keunggulan dan kemanfaatan jasa TELKOM tersebut dipaparkan secara gamlang dan humoris oleh Bayu Aji Wijaya (TELKOM Enterprise Regional III Jabar Banten) dalam Seminar Sehari ASPERINDO di Gedung Wahana Bhakti Pos Jln. Banda 30 Bandung pada hari Sabtu, 25 Juli 2009 kemaren.
Paparan tersebut mendapat perhatian yang penuh dari para peserta seminar dan diakhiri dengan diskusi serta pembagian hadiah dari TELKOM GROUP kepada para penanya terbaik.

Dari paparan dan seminar tersebut, tinggal terpulang kepada ASPERINDO dan para Anggotanya, apakah layanan jasa yang sudah disediakan TELKOM dengan sedemikian canggih itu akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk peningkatan kualitas pelayanan dalam era globalisasi ini?. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Joko Susilo yang menyatakan “Now Action & Stop Dreaming”.

Artikel  dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
-----------------------------------------------------
Butuh Jurnal/Artikel Lainnya?,
click di :

Jumat, 10 Juni 2011

A Model of Marketing Oriented Corporate Culture Influence on Information Technology Adoption

by : Kofi Poku & Richard Vlosky
Working Paper #63 December 2, 2003
Abstract
In 2002, we developed a model to investigate the influence of corporate orientation (marketing orientation) on Internet adoption effectiveness. Five constructs for independent variables and one construct for marketing orientation, the moderating variable, were developed. Hypotheses, stated as independent variables, “will be positive for high marketing orientation and negative for low marketing orientation” are suggested to result in stronger correlations and steeper regression slopes with a higher marketing orientation. The overarching proposition is that a strong marketing orientation has a positive effect effectiveness of Information Technology adoption.
 
Corporate Culture
For many years, scholars in organizational behavior have attempted to demonstrate the link between an organization’s culture and its performance. It has been argued that the success of an organization’s strategy depends, to a significant extent, on the culture of the organization (Yip 1995).
One common thread that greatly affects many of the organizational aspects that enhance performance and increase productivity is the widely shared and strongly held values that underlie and define an organization’s culture. Desphandé and Webster (1989) reviewed several studies and defined organizational (or corporate) culture as “the pattern of shared values and beliefs that help individuals understand organizational functioning and thus provide them with the norms for behavior in the organization”. Schneider and Rentsch (1988) describe culture as “why things happen the way they do”, and organizational climate as “what happens around here”. Cultures can be determined by the values, assumptions and interpretations of organization members (Hales 1998). These factors can be organized by a common set of dimensions on both psychological and organizational levels to derive a model of culture types to describe organizations (Cameron and Freeman 1991). Corporate culture is an important predictor of organizational capabilities and outcomes such as customer orientation (Desphandé et al. 1993) and new product development (Moorman 1995).
Harrison (1975) reported four types of cultural orientations of employees as derived from . . . . . . (baca_selengkapnya )

There has been a growing appreciation that for firms with a substantial investment in manufacturing capabilities, profitability and competitive advantage could be better achieved through satisfactory integration of manufacturing and marketing activities (Blois 1980). However, the need to develop such an orientation becomes clearly evident only when certain types of information are available in order to enhance effective and prompt response.
IT benefits are commonly based on enhanced decision-making or improved business performance. The use of information in decision-making involves integrating information sources and selecting among alternative strategies (Bettman et al. 1990), whereas information use in decision implementation concerns how decisions should be carried out (Nutt 1986). Information use in evaluation, on the other hand, refers to the determination of positive and negative performance outcomes and the reasons for the outcomes (Zaltman and Moorman 1989).
The development of IT comes with a significant risk of whether the end-users will actually use it or not. To ensure continued use, external variables (such as . . . . . (baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
-------------------------------
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

Selasa, 31 Mei 2011

Information and Communication Technology (ICT) Literacy: Integration and Assessment in Higher Education

by : Irvin R. KATZ & Alexius Smith MACKLIN
Published on : SYSTEMICS, CYBERNETICS AND INFORMATICS VOLUME 5 - NUMBER 4, 2008

ABSTRACT
Despite coming of age with the Internet and other technology, many college students lack the information and communication technology (ICT) literacy skills—locating, evaluating, and communicating information—necessary to navigate and use theoverabundance of information available today. This paper presents a study of the validity of a simulations-based assessment of ICT literacy skills. Our overall goals for the assessment are to support ICT literacy instructional initiatives at colleges and universities.
Keywords: Higher Education, ICT Literacy, Information  Literacy, Instructional Initiatives, Psychometrics,  Validity.

INTRODUCTION
Discussions of Information Technology in Education typically emphasize the Technology rather than the Information. Widespread technology has meant that people encounter more information, in a greater variety of
formats, than ever before. Technology is the portal through which we interact with information, but people’s ability to handle information—to solve problems and think critically about information—tells us more about their future success than their knowledge of specific hardware or software. These skills—known as Information and Communications Technology (ICT) Literacy—comprise a 21st century form of literacy, in which researching and communicating information via digital environments are as important as reading and writing were in earlier centuries.
ICT literate students master content faster . . . . . . . (Read more)

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

Rabu, 25 Mei 2011

ANALISIS DAN PERANCANGAN BASIS DATA PEMBELIAN, PENJUALAN DAN PERSEDIAAN PADA PT. SWARI ANDINI

oleh : I Gusti Made Karmawan, Tangkas Udoyono, Ita Ernala Kaban
(Publikasi pada : Proceeding Seminar Nasional Techno-Economy, UTAMA, ISSN: 2086-5414, 25 Feb 2010, hal 1-14)

ABSTRAK
PT. Swari Andini merupakan perusahaan yang bergerak dalam general trading (perdagangan umum khususnya peralatan yang mendukung pengeboran dan produksi minyak). Dalam mendukung kegiatan bisnisnya, perlu adanya bantuan di bidang komputerisasi untuk mengorganisir pembelian, penjualan dan persediaan yang terjadi di perusahaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Metodologi yang dipakai ada 3 yaitu studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku teks yang bersangkutan, lalu metode factfinding yang dilakukan dengan menganalisa dan survei pada sistem yang sedang berjalan di perusahaan juga dengan wawancara karyawan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, dan metode perancangan basis data dengan tiga konsep perancangan konseptual, perancangan logikal, dan perancangan fisikal, juga rancangan layar input dan output yang dihasilkan, dan laporan-laporan yang berisi informasi yang dibutuhkan. Dalam perancangan basis data digunakan piranti lunak microsoft SQL Server 2000.
Kata kunci: perancangan basis data, data pembelian, data penjualan, data persediaan

1. PENDAHULUAN
Di era yang semakin maju ini, kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat penting. Oleh  arena itu, perusahaanperusahaan baik kecil maupun besar sudah mulai melakukan perubahan seperti komputerisasi terhadap sistem perusahaannya dengan tujuan agar dapat bersaing di zaman yang maju ini. Seiring berkembangnya perusahaan dan bertambahnya jumlah pelanggan serta barang maka jumlah transaksi
juga mengalami peningkatan.
Banyak perusahaan yang memiliki kesulitan dalam menangani pembelian dan penjualan barang. Hal ini disebabkan banyaknya jenis barang dan terbatasnya waktu, sehingga seringkali mengganggu kegiatan operasional perusahaan seperti pencarian stok, transaksi jualbeli, dan sebagainya. Hal seperti ini tentunya akan menurunkan kinerja perusahaan dan menghambat pertumbuhan perusahaan. Untuk menangani masalah ini harus dibuat suatu basisdata, perancangan basisdata berguna untuk menjamin keakuratan data agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang sangat dibutuhkan. PT. Swari Andini dalam usahanya sebagai General Trading dan Contractor khususnya dalam bidang supplier oil gas (supplier alat-alat pengeboran minyak) dan perlengkapan kantor seperti meja dan kursi sering melakukan transaksi pembelian dan penjualan. Banyaknya jumlah dan harga barang, dalam suatu transaksi, menyebabkan....................(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP AUDIT LAPORAN KEUANGAN

oleh : Islahuzzaman
(Publikasi pada : Proceeding Seminar Nasional Techno-Economy, UTAMA, ISSN: 2086-5414, 25 Feb 2010, hal 1-16)

ABSTRAK
Ketika perusahaan masih kecil, audit laporan keuangan dapat dilakukan secara manual. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah perusahaan-perusahaan yang menggunakan fasilitas Teknologi Informasi (TI) dalam bisnisnya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan audit.
Satuan usaha (organisasi/perusahaan) disebut menggunakan sistem TI apabila dalam memproses data penyusunan laporan keuangan menggunakan komputer dari tipe dan jenis tertentu. Baik dioperasikan oleh perusahaan sendiri atau pihak lain. Kebutuhan terhadap auditing TI semakin perlu untuk dipenuhi agar tujuan auditing tetap dapat dicapai secara efektif dan efisien. Meskipun tujuan dasar auditing tetap tidak berubah, tapi proses audit mengalami perubahan yang signifikan baik dalam pengumpulan dan evaluasi bukti maupun pengendaliannya. Hal ini disebakan karena adanya perubahan dalam pemrosesan data akuntansi. Auditor harus pula memiliki pengetahuan pengolahan data elektronik memadai untuk menerapkan prosedur audit laporan keuangan. Makalah ini akan menjelaskan bagaimana dampak TI terhadap proses audit.
Kata Kunci: Teknologi informasi, audit laporan keuangan
1 PENDAHULUAN
Masalah TI dalam audit muncul ketika perusahaan yang akan diaudit menggunakan TI dalam proses transaksi mereka sampai kepada penyusunan laporan keuangan. Sebagian besar entitas, termasuk perusahaan keluarga berukuran kecil, mengandalkan TI untuk mencatat dan memroses transaksi bisnis. Akibat kemajuan TI yang luar biasa, perusahaan yang relatif kecilpun bahkan menggunakan komputer pribadi dengan perangkat lunak akuntansi komersial untuk menjalankan fungsi akuntansinya. Ketika perusahaan tumbuh dan semakin membutuhkan informasi, perusahaan itu biasanya meningkatkan sistem TInya.
Fungsi akuntansi yang menggunakan jaringan TI yang rumit, Internet, dan fungsi TI terpusat sekarang sudah merupakan hal yang umum.
Namun demikian, pemasangan sistem komputer baru memiliki risiko baru. Kesalahan kecil komputer dapat menimbulkan permasalahan yang besar. Hal ini pernah dialami oleh Hershey's food ketika mulai menjalankan usahanya dengan sistem komputer baru seharga $112 juta pada bulan Juli 1999. Sistem baru itu diharapkan mengotomatisasi segalanya mulai dari pesanan permen hingga penempatan pallet ke truk. Tetapi sistem itu malah mengacaukan sistem pemesanan serta distribusi, dan beberapa pelanggan tidak bisa mendapatkan permen selama musim Halloween yang penting. . . . . .  (baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :


Selasa, 10 Mei 2011

ICT and Economic Growth

OECD 2003
ISBN 92-64-10128-4

Main findings
The 2001 OECD Ministerial report, “The New Economy: Beyond the Hype”, concluded that information and communications technology (ICT) is important and has the potential to contribute to more rapid growth and productivity gains in the years to come. Both the 2001 and 2002 OECD Ministerial meeting sreiterated the importance of ICT for growth performance and requested the OECD to continue its work in this area. A specific request for further work on ICT and business performance was made to the OECD in the autumn of 2001, by the US Secretary of Commerce, Mr. Evans. This report, which responds to OECD Ministers and Secretary Evans, revisits the contribution made by ICT to economic performance using more recent data to assess the degree to which the empirical findings that appeared valid at the end of 2000 remain in tact. It draws on a range of new statistics and empirical analysis that was not available for prior OECD work. This includes new empirical analysis with official firm-level data that has been carried out through an OECD-led team of researchers and statistical offices in 13 OECD countries. The study also incorporates new evidence from official statistics on the use of ICT and e-commerce by firms, which were also not available for previous work. The report also examines whether the policy conclusions from the previous OECD work require adjustment in the current economic environment. The findings and policy implications of the work are summarised below; they reaffirm and elaborate those of the OECD Growth Study.

Empirical messages
ICT continues to have strong impacts on performance
The recent slowdown has laid to rest several myths regarding the new economy: the business cycle is not dead, stock market valuations must be realistic and backed by sound profit expectations, and the ICT sector is not immune to downturns. But this should not distract from the economic benefits that have already accompanied the spread of ICT and the continued importance of ICT for growth in the years to come. It may be too early to tell how the role of ICT in growth and productivity performance will develop in the first decade of the 21st century. Some general trends can be observed, however, that suggest that ICT will continue to be a driver of growth:
● Productivity growth in the United States, the main example of ICT-led  growth and productivity  improvements, has continued to be strong during  the recent slowdown, suggesting that part of the acceleration in productivity  growth over the second half of the 1990s was indeed structural. Productivity growth in Australia and Canada, both countries characterised by ICT-intensive growth, was also strong over the recent past.
● ICT networks have now spread throughout much of the OECD business sector, and will increasingly be made to work to enhance productivity and business performance. Technological progress in ICT goods and services is continuing at a rapid pace, driving prices down and leading to a wide range of new applications. For example, business-to-consumer e-commerce continues to gain in importance, broadband is diffusing rapidly, and activity in the telecommunications sector continues to grow. Moreover, several applications, such as broadband and e-commerce, are still in their early stages and may have a large potential for future growth.
● While ICT investment has dropped off during the recent slowdown, the release of increasingly powerful microprocessors is projected to continue for the foreseeable future, which will encourage ICT investment and support further productivity growth. Nevertheless, the level of ICT investment may well be lower than that observed prior to the slowdown, however, as the 1995-2000 period was characterised by some one-off investment peaks, e.g. investments related to Y2K and the diffusion of the Internet. On the other hand, some countries may still have scope for catch-up; by 2000, Japan and the European Union area invested a similar share of total investment in ICT than the United States did in 1980.
● Further technological progress in ICT production will imply a continued positive contribution of the ICT manufacturing sector to multifactor productivity (MFP) growth, notably in countries with large ICT-producing
sectors such as Finland, Ireland, Japan, Korea, Sweden and the United States.

The impacts of ICT differ markedly across OECD economies
Despite the importance of ICT, there continue to be marked differences in the diffusion of ICT across OECD countries. New OECD data show that the United States, Canada, New Zealand, Australia, the Nordic countries and the Netherlands typically have the highest rates of diffusion of ICT. Many other OECD countries lag in the diffusion of ICT and have scope for greater uptake. It is likely that the largest economic benefits of ICT should be observed in countries with high levels of ICT diffusion. However, having the equipment or networks is not enough to derive economic benefits. Other factors, such as the regulatory environment, the availability of appropriate skills, the ability to change organisational set-ups, as well as the strength of accompanying innovations in ICT applications, affect the ability of firms to seize the benefits of ICT.
Consequently, countries with equal ICT diffusion  . . . . .......(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

The Role of ICT in Governing Rural Development

by : Anita Kelles

Paper to be presented at the IFAD Workshop on the What are the Innovation
Challenges for Rural Development, to be held in Rome on 15 to 17 November 2005

1. Introduction
A few years back I was offered to write a paper on the role of ICT in poverty reduction. I was hesitant because I thought the subject was one of those techno hypes, and had not much to do with poverty reduction. Yet, I took on the assignment and suspected that the paper would be very short.
While reading reports and research materials I soon discovered that I had been wrong. I found out that ICT had a major role to play in poverty reduction. But I also learned that ICT alone, without aligning it with other development goals and efforts, and without involving the rural poor, would not be able to deliver expected results. I became also convinced that ICT had to be part of a holistic approach to poverty reduction (Kelles-Viitanen 2003).
The role of ICT is catalytic in the complex task of poverty reduction by leveraging the effects on earnings opportunities, on educational and health services, on good governance and on promoting democracy. Since information exchange is part of nearly every element of the economy, the impact of improvements in the capacity for information exchange will depend critically on how the rest of the economy functions. This suggests the centrality of a holistic approach in evaluating the impact of ICT. For example, the impact of improved ICT access on farm earnings through increased knowledge of market prices will be muted if there are no roads to carry crops to markets, or there are no markets because of an unreformed agricultural sector. (World Bank 2001).

Any approach using ICT in the interest of poverty reduction has to be broad-based and tailored to various sectors and build inter-linkages. (Ibid). According to a study carried out in India, Jamaica and South Africa the effectiveness of ICT in combating poverty depends on i) complementarities with other local level poverty reduction and development initiatives, ii) responding to the local community needs, and iii) involving stakeholders in applications development. (Millar and Mansell 1999).
Care should be taken to make sure that the novelty factor of the technology does not drive . . . . .......(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

GUIDE TO MEASURING INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGIES (ICT) IN EDUCATION

UNESCO-UIS 2009
ISBN 978-92-9189-078-1

Executive summary
The Guide to Measuring Information and Communication Technologies (ICT) in Education represents a groundbreaking attempt to put in place internationally standardized concepts and indicator measurement specifications that will ensure consistent use and interpretation of ICT in education statistics among policymakers, statisticians, researchers, experts and statistical institutions across the world. Given the rapidly evolving nature of ICT, this guide should be viewed as a living document, subject to future refinements.
The proposed ICT in education indicators have been based on data that can be generated within existing official administrative sources rather than on irregular, costly or external resource-dependant national surveys in order to ensure long-term sustainability in data collection efforts for a majority of countries. A few methodological and operational caveats have been identified for improvement over time.
This guide presents an expanded set of indicators for monitoring ICT in education beyond the core list developed by the UNESCO Institute for Statistics (UIS) (UIS, 2008b). It elaborates on data collection modalities and indicator calculation methodologies based on proposed questionnaire items. The guide also provides a review of concepts previously used in international comparative assessments of ICT use in education and examines global policy concerns.

1. Introduction
Since the introduction of information and communication technologies (ICT), their integration into education and the associated financial investments have been policy concerns in many countries. The initiatives that were taken to give ICT a place in education have resulted in a need to monitor these developments, using reliable and valid indicators. Once these indicators are available through standardized international data collection efforts, policymakers can review progress of their countries over time in comparison with their nationally defined targets and other relevant reference countries.
It is believed that the use of ICT in education can increase access to learning opportunities. It can help to enhance the quality of education with advanced teaching methods, improve learning outcomes and enable reform or better management of education systems. Yet, a recent “knowledge mapping” exercise conducted by the World Bank's Information for Development Programme (InfoDev) (Trucano, 2005) revealed that, despite decades of large investments in ICT to benefit education in OECD countries and its increased use in developing countries, data to support the perceived benefits from ICT are limited and evidence of effective impact is elusive or even debatable. These findings highlighted various knowledge gaps and underscored the need for internationally accepted standards, methodologies and indicators to better measure the real benefits of ICT in education.
This lack of reliable, quality data, in addition to the absence of standardized guidelines for establishing relevant and comparable indicators, hinder policymakers in making informed decisions or in demonstrating greater commitment to integrating ICT into their education systems. Measuring the contribution of ICT to development was a major concern at ..................................(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id

Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

Jumat, 15 April 2011

“PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA“

oleh : YUDHISTIRA NURNUGROHO


RINGKASAN
Teknologi informasi serta Komunikasi dewasa ini berkembang cepat menurut deret ukur. Dari tahun ke bulan, dari bulan ke minggu, dari minggu ke hari, dari hari ke jam, dan dari jam ke detik! Oleh karena itulah para cerdik-cendekia sepakat pada suatu argumen, bahwa: informasi memudahkan kehidupan manusia tanpa harus kehilangan kehumanisannya.
Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan yang sebenarnya juga merupakan kegiatan informasi, bahkan dengan pendidikanlah informasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat disebarluaskan kepada generasi penerus suatu bangsa.
Pengaruh dari Teknologi informasi dan komunikasi terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Dengan berkembangnya penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi ada lima pergeseran di dalam proses pembelajaran yaitu:
(1) Pergeseran dari pelatihan ke penampilan, (2) Pergeseran dari ruang kelas ke di mana dankapan saja, (3) Pergeseran dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) Pergeseran fasilitasfisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) Pergeseran dari waktu siklus ke waktu nyata.
Sebagai media pendidikan komunikasi dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet dan e-mail. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Dengan adanya teknologi informasi sekarang ini guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
E-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu :
(1)   E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
(2) Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
(3) Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.
Pada saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem) dan  LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training).

Perkembangan Pendidkan di Era Globalisasi.
Kerjasama yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah antar pakar dan juga dengan mahasiswa. Padahal dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh menempuh ruang dan waktu untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring dan mailing list. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Sulawesi dapat berdiskusi masalah teknologi komputer dengan seorang pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Di dalam bidang penelitian juga diperlukan Sharing information agar . . . . . . . . . . .(baca_selengkapnya)  

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si
(Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management)

Perlu Artikel lain ?, click di:

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS dan TAKTIS PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT UNTUK PEMDA

oleh : Zainal A. Hasibuan
(Publikasi pada : Jurnal Sistem Informasi MTI UI Vol 3 – No. 1 – April 2007)

Abstrak
Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berkembang dengan sangat cepat sehingga memicu terjadinya persaingan antar wilayah yang semakin ketat. Pemerintah Daerah (Pemda) sebagai penguasa wilayah berusaha memanfaatkan TIK secara optimal untuk mendukung berbagai kegiatannya. Hal ini terlihat dari berbagai inisiatif penerapan TIK (electronic government – e-Gov) yang muncul di beberapa Pemda maupun di beberapa instansi pemerintah lainnya. Tetapi kenyataannya pemanfaatan TIK ini masih belum memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan efisiensi, efektivitas dan produtivitas Pemda. Salah satu penyebabnya yang dominan adalah tidak sinkronnya tujuan kegiatan-kegiatan Pemda dengan tujuan e-Gov itu sendiri. Tulisan ini membahas langkah-langkah strategis dan taktis pengembangan e-Gov berdasarkan teori dan “best practices” dari beberapa instansi yang telah menerapkan e-Gov. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan pemanfaatan TIK untuk e-Gov akan memberikan hasil yang optimal.
Kata kunci: E-Government, Metode Pengembangan E-Gov dan Aplikasinya

1. PENDAHULUAN
               Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan salah teknologi yang berkembang dengan sangat pesat. Pesatnya perkembangan TIK akan membuka peluang dan tantangan untuk menciptakan (to create), mengakses (to access), mengolah (to process), dan memanfaatkan (to utilize) informasi secara tepat dan akurat. Informasi merupakan suatu komoditi yang sangat berharga di era globalisasi untuk dikuasai dalam rangka meningkatkan daya saing suatu organisasi (termasuk Pemda) secara berkelanjutan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia telah berinisiatif membuat kebijakan untuk memanfaatkan TIK untuk membangun Electronic Government for Good Governance yang terintegrasi mulai dari tingkat pemerintahan daerah hingga ke pusat. Tujuannya adalah agar infrastruktur TIK yang akan dibangun dapat dimanfaatkan secara bersama untuk berkoordinasi oleh seluruh instansi, baik di pusat maupun di daerah. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Inpres No.3 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informasi tentang Pengembangan e-Gov yang merupakan wujud keinginan pemerintah dalam upaya mendorong bangsa Indonesia menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan (Knowledge-based Society). Instruksi Presiden No 3 Tahun 2003 tentang “kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Gov Indonesia” antara lain berisikan panduan yang sudah disosialisasikan, seperti:
1. Panduan pembangunan infrastruktur portal pemerintah
2. Panduan manajemen sistem dokumen elektronik
3. Panduan penyusunan rencana induk pengembangan e-Gov lembaga
4. Panduan penyelenggaraan situs web pemerintah daerah
5. Panduan tentang pendidikan dan pelatihan SDM e-Gov
              Dari berbagai panduan tersebut, kebutuhan akan tersedianya informasi sekurang-kurangnya akan memiliki sifat-sifat sebagai berikut: cakupannya luas, mudah digunakan, terkini, aman, serta murah.
E-Government pada dasarnya memberikan layanan informasi kepada sesama insitusi pemerintah (Government to Government – G2G), kepada dunis bisnis (Government to Business – G2B) dan kepada masyarakat (Government to Citizen – G2C),
dengan tujuan . . . . . .(baca_selengkapnya) 

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si
(Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management)

Perlu Artikel lain ?, click di:

Teknologi Informasi dan Komunikasi: Strategi Peduli Kemiskinan

 by : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 
(United Nations Development Programme)


Ringkasan
Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi (selanjutnya disingkat TIK) untuk mengurangi kemiskinan dirancang sebagai bagian dari Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional (disingkat SPKN). Cara pendekatan yang dipilih efektif karena sesuai dengan prinsip TIK sebagai alat bantu dalam upaya mengurangi kemiskinan, bukan sebagai hasil penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, teknologinya paling efektif jika digunakan dalam rangka menerapkan strategi-strategi yang praktis untuk mengurangi kemiskinan. Kedua, cara pendekatan tersebut efisien karena sesuai dengan prioritas-prioritas yang telah ditetapkan dan tindakan-tindakan yang telah diambil Pemerintah Republik Indonesia dalam melawan kemiskinan, sehingga upaya-upaya tersebut akan berdampak lebih besar dibandingkan tanpa memanfaatkan TIK.
Strategi TIK untuk Mengurangi Kemiskinan adalah membidik sasaran-sasaran berikut.
�� Penyertaan TIK dalam kebijakan dan strategi pengurangan kemiskinan.
�� Peningkatan pendapatan si Miskin dan pengurangan biaya penunjangannya.
�� Pemusatan TIK pada ‘empat tonggak pengurangan kemiskinan’, yaitu:
�� Menciptakan peluang kerja (creating opportunity);
�� Memberdayakan masyarakat (community empowerment).
�� Mengembangkan kemampuan (capacity building); dan
�� Menciptakan perlindungan sosial (social protection)
�� Pengoptimalan kiprah di bidang-bidang kegiatan berikut dengan bantuan TIK,
yaitu:
�� Memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged) dan
terpinggirkan (marginalized);
�� Mendorong usaha mikro(fostering micro-entrepreneurship);
�� Meningkatkan layanan informasi kesehatan jarak jauh (telemedicine);
�� Memperbaiki pendidikan melalui e-learning dan pembelajaran-seumurhidup
(life-long learning);
�� Mengembangkan perdagangan melalui e-commerce;
�� Menciptakan ketataprajaan (governance) yang lebih efisien dan transparan
melalui e-governance;
�� Mengembangkan kemampuan;
�� Memperkaya kebudayaan;
�� Menunjang pertanian;
�� Menciptakan lapangan kerja (creating employment); dan
�� Mendorong mobilisasi sosial.
Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, TIK menyiasati cara-cara pendekatan . . . . . . . .baca_selengkapnya


Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si
(Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management)

Perlu Artikel lain ?, click di: